Header Ads

ads header

Breaking News

tugas teks cerita sejarah

 

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Satuan Pendidikan                  : MAN Alor

Mata Pelajaran                        : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester                        : XII/ Ganjil

Topik/subtopik                        : Teks Cerita Sejarah

 

A.    Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

 

3.4 menganalisis kebahasaan cerita sejarah

3.4.1 memahami kebahasaan cerita atau nevel sejarah

3.4.4 menentukan kebahasaan cerita atau novel sejarah

3.4.5 menjelaskan kebahasaan cerita atau novel sejarah

 

B.     Tujuan Pembelajaran

1.      Siswa mampu memahami kebahasaan cerita atau novel sejarah

2.      Siswa mampu menentukan kebahasaan cerita atau novel sejarah

3.      Siswa mampu menjelaskan kebahasaan cerita atau novel sejarah

C.    Kaidah Kebahasaan yang Terdapat Pada Teks Cerita Sejarah

*      Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku dalam teks cerita sejarah

a)      Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau

Contoh:

Ia dan tunangan- menurut perkiraanku-memang telah melarikan diri dari Tiongkok setelah gagalnya pemberontakan Yi He Tuan beberapa tahun yang lalu (Toer, 2012:161)

b)      Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (Konjungsi Kronologis Temporal), sejak itu, saat itu, saat itu, mula-mula, kemudian.

Contoh:

Setelah mengetahui, Mei tidak pernah mengenal orangtuanya, yatim piatu sejak kecil, ia menggigit bibir adan membuang muka, bibir itu begitu pucat dan tertindas gigi.

c)      Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material)

Contoh:

Seorang prajurit Singosari yang robek perutnya dengan usus terburai keluar, apalagi usus itu ada yang robek, yakinlah prajurit itu kematian akan segerah datang menjemput.

d)      Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh pengarang.

Contoh:

Mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menyatakan, menuturkan. Contoh “Gadis Jepara itu menyatakan dapat mengerti dan memahami semua orang memang bisa mendapatkannya.

e)      Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang tidak dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental). Seperti merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap.

Contoh:

Sekali lagi ia melirik panjang kepadaku seperti menuduh dan mencurigai sekaligus.

f)       Menggunakan banyak dialog hal ini ditunjukan oleh tanda petik ganda(“…”) dan kata kerja yang menunjukan tuturan langsung

Contoh:

“aku bangga punya siswa yang bisa menulis. Hanya tugas Tuan di sini belajar. Apa kalau dorongan menulis datang, pelajaran tuan tidak akan terganggu?”

g)      Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarakan tokoh tempat dan suasana.

Contoh:

Hidangan yang hampir-hampir lezat bergilir tak henti-henti

*      Penggunaan makna kias

a)      Ungkapan

Untuk membangkitkan imajinasi pembaca saat membaca cerita serta memperindah cerita.

Contoh:

Orang berhati baja itu dapat melakukan apa sasja yang dia kehendaki

Berhati baja artinya kuat, terpukul hatinya atrinya sangat sedih.

b)      Peri bahasa

Tujuannya untuk memperkuat latar waktu dan memperkuat kejadian cerita seperti sediakan payung sebelum hujan

D.    Tugas/Soal

Tugas kelompok

Jaka Tingkin Jalan Berliku Menjemput Wahyu (Gamal Komandoko)

 

Berdasarkan saran kerabat dekatnya itu, Jaka Tingkir memutuskan untuk memenuhi undangan Sunan Kudus dengan membawa pasukan lengkap bersenjata. Pasukan itu terdiri dari prajurit-prajurit berkuda pilihan yang langsung mengawal Jaka Tingkir. Ki Pemanahan, Ki Panjawi, Ki Wila dan Ki Wuragil bersama-sama dalam rombongan depan ini, berada di kir kanan, dan belakang Jaka Tingkir. Satu hal yang membuat Jaka Tingki bangga adalah kenckatan Sutawijaya untuk turut mengawalnya. Seray membawa keris pusaka Kiai Sapuhasta, anak angkat Jaka Tingkir itu begitu bersemangat dalam mencoba melindungi keselamatan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir pun menunjuk Sutawijaya selaku pemimpin prajurit tamtama.

Prajurit-prajurit berjalan kaki di belakang pasukan berkuda dipimpin Patih Mancanegara. Agak lebar jarak antara kedua rombongan itu. Sebaga penghubung, ditunjuklah sepuluh prajurit berkuda yang menyamar laksana rakyat biasa. Jika terjadi serangan mendadak pada rombongan depan sepuluh prajurit penghubung itu akan memecahkan diri menjadi du kelompok. Kelompok pertama akan membantu rombongan depan untuk menangkis serangan, sementara kelompok kedua bergegas memberi tah prajurit-prajurit pejalan kaki, sebelum bersama-sama menyerbu.

Semua prajurit diminta berkubu di luar wilayah Kudus, di sebela barat wilayah Bengawan Sore. Jaka Tingkir disertai kerabat dekatnya aka datang menghadap Sunan Kudus tanpa penggawalan prajurit bersenjata Patih Mancanegara tetap diminta Hadiwijaya untuk memimpin pasuka Pajang yang berkubu itu. Sepuluh prajurit penghubung yang menyama mendapat tugas khusus untuk menyelidiki situasi dan kondisi di wilay sekitar mereka berkubu dan tempat-tempat yang memungkinkan terjad tempat bersembunyi para prajurit Jipang Panolang. Semua itu dilakuka untuk sesegera mungkin mencegah serangan mendadak yang mungkin dilancarkan oleh prajurit-prajurit Jipang Panolang, seperti yang telah mereka peragakan ketika mengadang Kanjeng Pangeran Hadiri dan Kanjeng Ran Kalinyamat.

Ketika rombongan Pajang masih dalam perjalanan menuju Kudus Arya Penangsang telah tiba terlebih dahulu. Ia terus mengatur siasat untuk membunuh Jaka Tingkir di hadapan Sunan Kudus. Ketika teringat Ary Penangsang pada laporan empat prajurit kajinemnya yang menyebutka rubuh Jaka Tingkir tak mempan dengan tusukan keris Kiai Setan Kobet sebuah siasat melintas di benaknya. Kepada Sunan Kudus, siasat itu i ungkapkan. Katanya, "Bapa Guru, Jaka Tingkir boleh jadi tak mempu tubuhnya terkena keris pusakaku, tetapi hamba rasa tidak, jika ia terkera keris pusakanya sendiri!" Sunan Kudus hanya diam, seperti tengah merenung Sejurus kemudian hanya terdiam, ia menganggukkan kepalanya. (289)

Jaka Tingkir yang tak sadar dengan siasat Arya Penangsang segera melepaskan keris yang diselipkannya di punggung. Ditunjukkannya pusaka andalannya itu ke depan Arya Penangsang

"Benar Kanda, Inilah pusakaku."

"Dinda. Aku bisa merasakan ampuh dan bertuahnya pusakamu itu dari sini. Sungguh amat luar biasa keris itu! Dinda, bolehkah aku melihatnya barang sejenak?"

Jaka Tingkir tak manyangka dan curiga, termakan siasat Arya Penagsang

"Silahkan Kanda lihat."

Arya Penangsang menghunus keris dari sarungnya. Diperhatikannya keris itu seperti sedang mengamati dan mengagumi keindahan lekuk dan ukirannya. "Benar, keris ini amat luar biasa ampuh dan bertuah. Dinda?"

"Benar, Kanda."

Arya Penangsang tersenyum, kepalanya mengangguk-angguk, semen- tara pandangannya tetap terarah pada keris yang berada dalam genggaman- nya. Betapun ia telah berusaha menyembunyikan siasat jahatnya, namun sekilas lirikan mata kejamnya ke arah Jaka Tingkir terbaca oleh Ki Pama- nahan.

Ki Pamanahan dapat membaca siasat Arya Penangsang. Adipati Jipang itu hendak menusuk Jaka Tingkir dengan pusaka Jaka Tingkir sendiri. Maka, dengan cepat Ki Pamanahan mengambil sikap, ditepuknya bahu Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir tanggap dengan peringatan Ki Pamanahan. Seperti baru sadar bahwa dirinya berada dalam situasi berbahaya, sangat berbahaya! Maka denga sigap, dicabutnya keris lain yang terselip di pinggangnya. Seraya mengenggam keris dan bersiaga atas serangan Arya Penangsang. Ia berujar, "Sesungguhnya jauh lebih ampuh kerisku ini, Kanda. Kiai Crubuk namanya. Keris buatan Empu Supa ini dianugerahkan Kanjeng Sunan Kalijaga kepadaku. Amat luar biasa ampuh dan bertuahnya, jauh melebihi keris yang Kanda pegang itu. Jangankan terluka atau tergores karenanya, tersentuh saja oleh keris ini siapa pun pasti akan mati!"

 

Arya Penangsang memaki dalam hati karena siasatnya terbaca. Menusukkan keris pusaka Jaka Tingkir itu kepadanya akan sulit dilakukan setelah Jaka Tingkir juga menggenggam keris.

Suasana mendadak hening, meski hati Jaka Tingkir dan Arya Penagsang dipenuhi gemuruh perasaan yang luar biasa setelah keduanya siap untuk saling menghujamkan keris.

Mendadak Sunan Kudus keluar berada di antara Jaka Tingkir dan Arya Penangsang dengan keris di tangan masing-masing. Seketika itu, ia menatap Arya penangsang dan Jaka Tingkir.

"Ada apa ini? Apakah kalian mau jual beli keris? Ataukah ingin bertukar keris?"

Arya Penangsing dan Jaka Tingkir masih tetap memegang keris sambil meningkatkan kewaspadaan.

Berujarlah Sunan Kudus seraya menatap wajah Arya Penangsang "Sarungkan kerismu! Sarungkan, tak baik jika dilihat orang!"

Jaka Tingkie segera menyarungkan kerisnya. Begitu pula dengan Arya Penangsang, la segera menyarungkan keris itu ke dalam sarungnya kembali.

Dikembalikannya keris itu seraya berkata, "Sungguh hampir saja aku membuat janda!"

Seraya menerima keris, ia tak kalah gertak, jaka Tingkir menuka "Bener Kanda, hampir juga aku memberi makan burung gagak!"

Sunan Kudus menatap wajah Arya Penangsang ia menyayangka tindakan murid terkasihnya itu. Kesempatan langka telah dibukakan ketika Jaka Tingkir memasukkan keris ke dalam sarungnya terlebih dahulu la telah memberi isyarat untuk "menyarungkan keris itu ke dalam tubuh Jaka Tingkir, tetapi Arya Penangsang malah menyarungkan keris itu kedalam tubuh kembali ke sarungnya!

Arya Penangsang tak mampu membaca tanda yang diberikan Suna Kudus, terbang membumbunglah kesempatan emas itu! Siasat Arya Penang sang kembali gagal menuai hasil.

Mendengar saling gertak dan ancam kedua muridnya, Sunan Kudus segera menengahi, "Sudahlah, jangan kalian perpanjang kata-kata yang tidak baik itu.

Arya Penangsang dan Jaka Tingkir saling menatap tajam serasa hendak mengukur keberanian masing-masing.

Dalam situasi yang terus memanas itu, Sunan Kudus pun segen memutuskan, "Untuk hari ini, sebaiknya kalian beristirahat di pesanggraha masing-masing. Jika waktu yang baik untuk berembuk bagi kita telah tib kuperkenankan kalian hadir di pendapa ini."

Joko Tingkir segera memohon diri, disampaikan sembah hormat untuk Sunan Kudus. Ki Pemanahan, Ki Penjawi, dan Danang Sutawijaya segen mengikuti Jaka Tingkir setelah mereka Bengawan Sore.

menyampaikan sembah. Mereka segera menuju kubu pertahanan pasukan Pajang di barat

Siasat Arya Penangsang untuk membunuh Jaka Tingkir kembal menemui kegagalan. Amat menyesal Adipati Jipang Panolang itu karena tak segera memanfaatkan kesempatan emas yang telah diperolehnya ketila ia telah menggengam keris, sementara Jaka Tingkir sama sekali belum bersiaga.

Bisa jadi. Arya Penangsang akan kian didera penyesalan besar jilo mengetahui makna sesungguhnya dari perintah 'sarungkan kerismu' da Sunan Kudus.

soal

1.      Baca dan teliti teks cerita sejarah di atas

2.      Temukanlah minimal tiga kata lampau, konjungsi temporal, penggunaan kata kerja mental, dan penggunaan mana kias teks cerita sejarah yang dibaca dengan tepat.

3.      Tulislah hasil diskusi kerja kelompok dalam satu kertas!

E.     Penyelesaian

Menganalisis kebahasaan teks cerita sejarah

Peserta didik membaca dan teliti teks cerita sejarah berjudul “Jaka Tingkir Jalan Berliku Menjemput Wahyu” karya Gamal Komandoko”.

Lembar kerja 1 hasil diskusi menentukan kebahasaan cerita sejarah berjudul “Jaka Tingkir Jalan Berliku Menjemput Wahyu” karya Gamal Komandoko” ke dalam tabael di bawah ini!

No

 Kaidah kebahasaan

Kutipan kalimat

1.       

Kalimat bermaka Lampau

 

 

 

 

 

2.       

Kata kerja Mental

 

 

 

 

 

 

 

 

3.       

Kata kerja Material

 

 

 

 

 

 

 

 

4.       

Dialog

 

 

 

 

 

 

 

 

5.       

Kata kerja yang menunjukan kalimat tak langsung

 

 

 

 

 

 

 

6.       

Konjungsu temporal

 

 

 

 

 

 

 

 

7.       

Kata sifat

 

 

 

 

 

 

 

 

8.       

Penggunaan makna kias dalam bentuk ungkapan

 

 

 

 

 

 

 

Selamat Bekeja

 

 

Tidak ada komentar